Langsung ke konten utama

Pemetaan Geologi Mandiri Teknik Geologi UGM: Zona Kendeng

Setiap tahun Teknik Geologi UGM melakukan rotasi daerah pemetaan geologi mandiri. Terdapat 4 zona geologi yang biasanya menjadi lokasi pemetaan, yaitu Zona Kendeng, Zona Rembang, Zona Pegunungan Serayu Selatan, Zona Pegunungan Selatan. Kebetulan Pemetaan Geologi Mandiri UGM Tahun 2018 (TGL 2016) mendapat bagian Zona Kendeng. Sebelumnya, Pemetaan Geologi tahun 2017 (TGL 2015) memetakan Zona Pegunungan Selatan, dan tahun 2018 (TGL 2014) memetakan Zona Pegunungan Serayu Selatan.

Disclaimer: Semua tulisan dibawah ini adalah pengalaman pribadi penulis saat mengikuti Pemetaan Geologi Universitas Gadjah Mada Tahun 2018 yang dilaksanakan di Zona Kendeng. Jika ada kesamaan latar dan suasana, berarti penulis adalah salah satu teman anda HAHA.

Pemetaan Geologi Mandiri ini kami lakukan setelah menyelesaikan Pemetaan Geologi di Kampus Bayat. Sekitar awal Juli 2018, kami berangkat ke daerah yang harus dipetakan oleh masing-masing orang.

Baca juga: Pengalaman Kuliah Lapangan Teknik Geologi UGM di Kampus Bayat, Klaten

Kami dibagi menjadi 26 kelompok dengan total daerah pemetaan (kavling) berjumlah 109. Satu kelompok terdiri dari 4-5 mahasiswa dengan 1 dosen pembimbing. Kelompok tersebut merupakan kelompok Pemetaan Geologi Bayat. 

Kelompok pertama memetakan daerah Demak, Jawa Tengah dan kelompok terakhir memetakan daerah Bojonegoro, Jawa Timur. Saya termasuk kelompok 15 dan mendapatkan kavling 71 yang berlokasi di Desa Pandean dan sekitarnya, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur.

Kelompok saya memilih lokasi basecamp yang berada di tengah-tengah kavling kelompok. Akhirnya diputuskan bahwa basecamp kami di Desa Karanganyar, Ngawi. Kebetulan kami mendapatkan ijin untuk tinggal di rumah Ibunya Bapak Kepala Desa Karanganyar.

Tiba di hari keberangkatan, kami menggunakan truck untuk membawa perlengkapan pribadi sedangkan kebanyakan dari kami memilih motoran dari Jogja sampai lokasi basecamp. Lumayan juga motoran 4 jam, pantatnya udah mati rasa.

Salah satu singkapan di kavling saya yang merupakan kontak satuan napal tufaan dan batugamping coral. (btw, di gambar saya lagi lieur pas ngetik keterangan, napal kan memang nama lain dari lanau karbonatan)

Pemetaan Mandiri diberi waktu kurang lebih 1 bulan, namun setiap orang boleh menyesuaikan jadwal sesuai kondisi masing-masing. Saya melakukan Pemetaan Mandiri selama kurang lebih 20 hari begitu juga dengan teman sekelompok saya, sehingga kurang dari satu bulan kami sudah kembali ke Jogja. Setelah menyelesaikan pemetaan, terbitlah laporan~

Semester 5 disibukkan dengan analisis data dan pembuatan laporan Pemetaan Geologi Mandiri. Analisis yang dilakukan standar, seperti petrografi dan paleontologi. Perjuangannya sangat luar biasa, anak angkatan kami ada yang sampai menginap di laboratorium karena kalau pagi-sore laboratorium sudah full booked. Sampai satu waktu, pihak departemen mengetahui hal tersebut dan kami dilarang menginap di kampus lagi. Akhirnya, ada yang menyewa mikroskop sendiri, pengamatan fosil dan petrografi di kosan masing-masing. Kondisi laboratorium di kampus saat itu penuh dan kalaupun ada slot kosong, pasti jadi rebutan. Ternyata tidak hanya KRS an yang perlu war, pengamatan di laboratorium pun perlu war.

Banyak drama di laboratorium paleontologi, pernah satu waktu saya tidak mendapat jadwal untuk menyaring dan mengoven fosil. Waktu itu oven sedang penuh dan pipa di laboratorum sedang mampet karena (katanya) ada teman saya yang membuang mud sisa saringan ke saluran air, jadi bagian pencucian dan penyaringan ditutup sementara. Mengingat deadline yang semakin dekat, akhirnya saya ngide menyaring sendiri memakai saringan santan dan 2 lapis sapu tangan. Untuk mengeringkannya, saya menggunakan magiccom dan sebagian saya panggang memakai kompor dan panci ibu kos. Teman-teman tahu apa yang terjadi? Fosilnya gosong, benar-benar hitam, tidak dapat diamati, terpaksa saya preparasi ulang. Oiya, untuk preparasi sampel paleontologi mungkin akan dibahas di postingan lainnya ya.

Salah satu foto fosil dari sampel batuan kavling saya. Kenampakan ventral dari Globigerinoides obliqus-obliqus, penciri batuan berumur N8 – N19.

Setelah drama pengamatan dan analisis selesai, tiba waktunya kami melakukan presentasi di depan dosen pembimbing kami dan audience. Ya, semacam sidang akhir Pemetaan Geologi. Setelah mendapat masukan dari dosen pembimbing dan anggota kelompok lain yang menjadi audience, kami diminta mengumpulkan laporan tersebut dalam bentuk hardcopy dan softcopy

Sekian cerita pengalaman saya dalam pemetaan geologi mandiri di Zona Kendeng. Semoga tulisan saya ini dapat memberikan gambaran kepada teman-teman tentang kuliah lapangan atau pemetaan geologi yang akan teman-teman hadapi.

Komentar