Langsung ke konten utama

Penyebab Munculnya Tindakan Radikalisme dan Sikap Intoleran di Indonesia

Radikalisme adalah sebuah pandangan, paham dan tindakan yang bertentangan dengan peraturan atau hukum yang berlaku di suatu tempat. Pada dasarnya berkembangnya tindakan radikal di kehidupan berbangsa, bermasyarakat, dan beragama dapat menimbulkan perpecahan. Seperti yang kita tahu bahwa setiap orang telah memiliki pemikiran dan prinsip hidupnya masing-masing, apabila seseorang terpengaruh radikalisme mereka akan menganggap diri paling benar dan orang lain yang memiliki prinsip lainnya adalah salah. Dari situlah timbul pikiran, sikap, dan tindakan intoleran.

5 November 2019, Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada atau lebih tepatnya Dosen Mata Kuliah Wajib Umum di Fakultas Filsafat mengadakan kuliah umum yang terdiri dari Stadium Generale dan Talk Show mengenai radikalisme dan tindakan intoleran di Indonesia. Banyak hal yang dibahas dalam Talk Show tersebut dan akan dirangkum dalam tulisan berikut.

Penyebab awal munculnya pandangan intoleran, paham serta jaringan radikal muncul di Indonesia karena adanya sesuatu yang tidak dimiliki atau dirasakan oleh seseorang selama hidupnya. Hal tersebut antara lain sebagai berikut.

Kepastian

Adanya kepastian yang dimiliki oleh seseorang, baik kepastian akan tempat tinggal, sumber penghidupan/pekerjaan, dan banyak hal dalam hidup yang membutuhkan kepastian agar kita bisa tenang menjalani hidup.

Tantangan

Adanya tantangan dari luar yang sifatnya sebagai pengujian tekad dan niat hati kita dalam melakukan segala sesuatunya dalam hidup kita.

Eksistensi diri

Keberadaan kita dihargai oleh orang lain dan merasa dianggap oleh orang lain.

Relasi dan cinta

Adanya perasaan dicintai oleh orang di sekitar, merasakan kebahagiaan atas hubungan yang ada.

Perkembangan

Adanya perkembangan dari diri sendiri, baik berupa perkembangan relasi, perkembangan dari kemampuan diri sendiri.

Kontribusi

Keberadaan kita yang dihargai mampu membangun kepercayaan dari orang lain terhadap diri kita sehingga bangkitlah kepercayaan diri kita sehingga kita dapat memberikan kontribusi diri kita kepada lingkungan dimana kita berada.

Meaning/purpose

Adanya tujuan hidup yang ingin dicapai oleh seseorang. Meaning/purpose ini merupakan goal atau merupakan penyebab paling berpengaruh dari ke-7 hal ini. Keseluruhan hal tersebut diatas mengacu pada tujuan ini. 

Apabila dalam masa hidupnya seseorang tidak merasa memiliki ke-7 hal tersebut, maka orang tersebut dapat dengan mudah terpengaruh paham radikalisme dan pandangan intoleran. Hal tersebut sangat mungkin terjadi karena adanya perasaan bahwa keberadaannya tidak atau kurang dihargai/dicintai oleh orang lain, selain itu sangat mungkin berakibat pada hilangnya kepercayaan dari orang lain. 

Untuk menghindari berkembangnya paham radikalisme dan pandangan intoleran dalam lingkungan mahasiswa, perlu pengembangan dan penekanan mengenai sikap-sikap yang harus ditumbuhkan yaitu meliputi; 

  • Waspada terhadap 7 hal pemicu munculnya tindakan radikalisme 
Hal-hal tersebut yaitu kepastian, tantangan, eksistensi diri, relasi/cinta, perkembangan, kontribusi, meaning/purpose.
  • Memahami ilmu doktrinasi
Ilmu doktrinasi yang dimaksud adalah ilmu tentang penyebab atau alasan mudah masuknya paham radikalisme dalam kehidupan mahasiswa. Dengan semikian, mahasiswa diharapkan mampu memposisikan dirinya dengan kondisi yang paling buruk sekalipun (terpapar paham radikalisme) serta mampu mengambil langkah maupun keputusan terbaik yang harus dilakukan.
  • Menyeimbangkan IQ, EQ, dan SQ

IQ (Intelligence Quotient) merupakan tingkat kecerdasan yang didasarkan dari proses pembelajaran dan pengalaman hidup yang pernah dialami selama hidup. EQ (Emotional Quotient) merupakan kemampuan untuk mengendalikan dan menata perasaan sendiri dan orang lain secara mendalam sehingga kehadirannya menyenangkan dan didambakan orang lain. SQ (Spiritual  Quotient) merupakan sumber yang mengilhami dan melambungkan semangat seseorang dengan mengikat diri pada nilai-nilai kebenaran tanpa batas waktu.

Dari ketiga kemampuan tersebut, apabila terjadi keseimbangan, seseorang pasti mengerti dan memahami kondisi yang sedang dialami dengan melakukan tindakan yang benar sesuai dengan kondisi yang sedang terjadi.

  • Menanamkan afirmasi “saya cinta Indonesia” pada diri mahasiswa/diri kita sendiri.

Dengan sikap hati yang benar-benar menyadari dan memahami bahwa Indonesia adalah tanah air kita, sehingga rasa cinta kita pada negeri ini begitu besar. Dampak yang dihasilkan pun pasti akan kuat juga, dimana doktrin apapun yang mempengaruhi pikiran kita, hati kita tidak akan berubah atau berpaling dari Indonesia satu ini sendiri.

Peran atau kontribusi yang bisa kita lakukan sebagai mahasiswa sebagai kelompok terdidik dalam pencegahan radikalisme dan intoleransi adalah dengan belajar rajin dan tekun mendalami disiplin ilmu yang saat ini sedang ditekuni. Selain itu, selalu mengingat bahwa Indonesia negara yang luas dan beranekaragam suku bangsa dan agama, Pancasila merupakan dasar negara yang sangat sesuai dengan jati diri bangsa Indonesia tidak bisa diganggu-gugat. Indonesia tanpa Pancasila, berarti bukan Indonesia. Disebut Indonesia karena ada Pancasila sebagai dasar negaranya. Tidak hanya mengingat tapi juga memahami serta mengamalkan ajaran Pancasila sesuai dengan konteks kehidupan yang sedang kita jalani saat ini. Dengan benar-benar mengamalkan Pancasila, secara otomatis kita akan dapat menerima dan menghargai perbedaan yang dimiliki oleh Indonesia sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa karena keberagaman yang banyak di Negara kita ini.

Komentar